Senin, 24 Juni 2013



Ujian dan cobaan di dunia merupakan sebuah keharusan, siapa pun tidak bisa terlepas darinya. Bahkan, itulah warna-warni kehidupan. Kesabaran dalam menghadapi ujian dan cobaan merupakan tanda kebenaran dan kejujuran iman seseorang kepada Allah SWT.
13716898741794162577
Sumber : Facebook, Nazar Budiman
PKS yang sekarang membawa tagline Cinta, Kerja dan Harmoni, terus menebar cinta dan kerja ke masyarakat. PKS menjadi pioner bagi kegiatan sosial partai ke masyarakat lebih khusus ke tempat musbih. Bagitupula apa yang dilakukan PKS Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan, ketika ada banjir bandang di kaki gunung pegunungan meratus ini.
Banjir bandang ini terjadi di Desa Alat dan Alat Seberang Kecamatan Hantakan Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) pada Rabu (12/6) tadi.  Sebanyak 60 buah rumah warga rusak parah diterjang air. Bahkan, 33 rumah diantaranya lenyap tiada sisa. Sedikitnya ada dua orang korban jiwa akibat banjir bandang ini. Acung (60) warga Desa Papagaran ditemukan tewas setelah terseret air sejauh 10 km. Korban lainnya adalah seorang guru SMP di Desa Batu Hayam yang tertimpa bangunan rumahnya setelah diterjang air
PKS turun ke lokasi musibah dengan membawa paket bantuan kepada para korban. PKS juga membuka Posko Kepedulian Bencana dengan menggalang bantuan dan kepedulian masyarakat untuk warga yang lagi ditimpa musibah. Bagi PKS setiap ada bencana yang meninpa warga maka paling tidak kita bisa meringankan sedikit dari beban mereka, sehingga ada solidaritas dan kesetiakawanan sosial yang tertanan di jiwa masyarakat.
Dari pantauan tim dilapangan banyak terdapat kondisi yang memprihatinkan di lokasi bencana, seperti apa yang dirasakan beberapa anak dan perempuan. Mereka ditampung di salah satu rumah warga dengan tidur bersama-sama dalam beberapa kamar. Sampah dan batang pohon berserakan di mana-mana, beberapa rumah hanya tersisa pondasi, roboh atau kehilangan dindingnya. Begitu pun beberapa sepeda motor warga terlihat berserakan di halaman, di selokan hingga di bawah rumah warga.
Salah seorang warga menuturkan dengan bahasa banjar  ”Ulun kada sampat lagi mamikirakan harta banda, yang musti anak bini kawa salamatan. Bahkan Pas bandang datang lun basalawar dalam haja bukah dari rumah hagan membawa keluarga ka wadah yang tatinggi,” (Saya tidak sempat lagi memikirkan harta benda, yang penting anak isteri bisa segera diselamatkan. Bahkan ketika bandang datang hanya mengenakan celana dalam berlari dari rumah untuk membawa keluarga ke tempat tinggi)
Rumah rusak, lingkungan hancur, pakaian dan harta benda hilang, di tengah gelap tanpa listrik, maka yakinlah kawan dan dangsanak (saudara kandung) bahwa badai pasti berlalu, bahwa ada kebahagiaan di balik kesedihan, dan pasti ada hikmah di balik msusibah.
Jaga Kelestarian Alam di Pegunungan Meratus.

0 komentar:

Posting Komentar

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!