Rabu, 28 Maret 2012

Suatu ketika di sebuah padang tersebutlah sebatang  pohon rindang. Dahannya rimbun dengan dedaunan. Akarnya menembus tanah hingga dalam. Pohon itu tampak gagah dibanding dengan pohon-pohon  lain disekitarnya.
Karena rindang dan tingginya pohon itu menjadi tempat hidup bagi beberapa burung disana. Mereka membuat sarang dan bergantung hidup pada batang-batang pohon itu. Burung-burung itu membuat lubang dan mengerami telur-telur dalam kebesaran pohon itu. Pohon merasa senang mendapatkan teman saat mengisi hari-harinya yang panjang.
Orang-orang pun bersyukur atas keberadaan pohon tersebut. Mereka kerap singgah dan  berteduh  di kerindangan pohon itu. Mereka duduk dan membuka bekal makanan di bawah naungan dahan-dahannya. “Pohon yang sangat berguna” begitulah gumam mereka setiap selesai berteduh. Lagi-lagi pohon pun bangga mendengar  perkataan itu.

Namun, waktu terus berjalan. Sang pohon mulai sakit-sakitan. Daun-daunnya rontok, ranting-ranting mulai berjatuhan. Tubuhnya kini mulai kurus dan pucat. Tak ada lagi kegagahan yang dulu milikinya. Burung-burungpun mulai enggan bersarang disana. Orang yang lewat tak lagi singgah untuk berteduh.
Sang pohon sedih. “Ya Tuhan mengapa begitu berat ujian  yang Kau berikan padaku? Aku butuh teman.  Tak ada lagi yang mau mendekatiku. Mengapa Kau ambil semua kemuliaan yang pernah aku miliki?”begitu ratap sang pohon hingga didengar seluruh hutan. “Mengapa tak Kau tumbangkan saja tubuhku agar aku tak perlu merasakan siksaan ini?” sang pohon terus menangis  membasahi tubuhnya yang kering.
Musim telah berganti namun keadaan  belumlah mau berubah. Sang pohon tetap kesepian dalam kesendiriannya. Batangnya tampak semakin kering. Ratap dan tangis terus terdengar mengisi malam –malam hening yang panjang. Hingga pada saat pagi yang menjelang.
“Ciitt . . . cericit . . ciit” Ah suara apa itu ? ternyata ada seekor anak burung yang baru menetas. Sang pohonn terhenyak dalam lamunannya.
“Ciitt . . . cericit . . ciit” suara itu makin keras melengking. Ada anak burung lagi yang baru menetas. Lama kemudian riuhlah pohon itu atas menetasnya burung-burung baru. Satu, dua, tiga …empat anak burung lahir ke dunia.
“Ah , doaku dijawab Nya”, seru sang pohon. Keesokan harinya beterbanganlah burung-burung kearah pohon itu. Mereka membuat sarang-sarng baru. Ternyata batang kayu yang kering mengundang burung dengan jenis tertentu untuk mau bersarang di sana. Burung-burung itu maeasa lebih hangat berada di dalam batang yang kering ketimbang sebelumnya. Jumlahnya pun lebih banyak dan lebih beragam. “Ah, kini hariku makin cerah bersama burung-burung ini,” gumam sang pohon dengan berbinar.
Sang pohon kembali bergembira. Dan ketika dilihatnya ke bawah, hatinya kembali membuncah. Ada sebatang tunas baru yang muncul di dekat akarnya. Sang tunas tampak tersenyum.  Ah, rupanya sang pohon  tua itu menumbuhkan bibit baru yang akan melanjutkan pengabdiannya pada alam.
Teman begitulah, Allah memang selalu punya rencana –rencana rahasia untuk kita. Allah dengan kuasa yang Maha Tinggi dan Maha Mulia, akan selalu memberikan jawaban-jawaban untuk kita. Walaupun kadang penyelesaiannya tak selalu mudah ditebak. Yakinlah Allah Maha Tahu yang terbaik untuk kita.
Teman, yakinlah apapun cobaann yang kita hadapi adalah bagian dari rangkaian kemuliaan yang sedang dipersiapkan-Nya  untuk kita. Jangan putus asa, jangan lemah hati. Allah selalu bersma orang-orang yang sabar.

0 komentar:

Posting Komentar

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!