Ringkasan Taujih Ust. Adbul Aziz Abdur Ra’uf, Lc Al
Hafizh
Dalam Acara Mukhayyam Al Quran DPW PKS Kal Sel
1.
Dari pandangan Tarbawi berta’amul dengan Al Qur
an serta menghafalnya secara hakiki bertujuan agar kita lebih banyak membaca Al
Qur an dan sepanjang hidup kita bersama
Al Qur an.
2.
Kalau kita lihat dan tadabburi Surah An Nuur
ayat 55 maka dapat kita pahami bahwa Siyasah (politik) dan juga Istikhlaf
(kepemimpinan) selaras dan terkait kuat dengan Iman dan juga amal shaleh.
3.
Dalam konsep Tarbiyah sebenarnya (ideal) setiap
kader minimal sepanjang hidupnya dapat menghafal 15 juz, atau paling tidak
untuk masa sekarang 6-7 juz..
4.
Menghafal Al Qur an bukan masalah bakat atau
tidak, atau masalah muda atau tua, atau juga bukan masalah masih bujang atau
sudah menikah. Inilah subuhat-subuhat dalam menghafal, karena sesungguhnya
semuanya hanyalah membutuhkan sebuah “Mujahadah”.
5.
Banyak dari kita belum memahami bahwa kedekatan
kita dengan Al Qur an adalah sebuah rezki dan kebutuhan yang sangat patut dan seharusnya
selalu kita minta dalam do’a-do’a harian kita.
6.
Menghafal dan ta’amul (interaksi) kita dengan Al
Qur an merupakan wujud kecintaan kita kepada Allah, karena Al Qur an adalah
Kalamullah.
7.
Menurut beberapa penelitian hafalan akan kuat
melekat seperti hafalan kita terhadap surah Al Fatihah apabila sudah minimal
kita membacanya 350 kali.
8.
Kalau kita pikir-pikir mungkin surah-surah yang
lain ada yang ngiri dengan surah al ikhlas, al ma’un, al ashr dll yang sering
kit abaca dalam shalat kita. Padahal semuanya adalah sama yaitu Kalamullah dan
berhak untuk memiliki penyikapan yang sama, untuk dibaca, dihafal dan
ditadabburi.
9.
Niat yang benar terhadap interaksi Al Qur an
adalah untuk Taqarrub Ilallah.
10.
Sungguh berat untuk menjadi seperti sahabat,
ataupun tabi’in, ataupun pula seperti ulama’ulama besar dalam sejarah Islam,
namun peluang yang ada untuk kita adalah menjadi pengikutnya (selaras dengan
Surah At Taubah ayat 100)
11.
Imam Syahid Hasan Al Banna menuntut kadernya
minimal memiliki wirid Al Qur an 1 Juz setiap harinya. Dan bahkan dalam Buku
Majmuatur Rasail, Tulisan : Nahnu Qaumun Amaliyyun beliau menegaskan bahwa Al Quran setidaknya
dapat :
a.
Iktsar (Berbanyak-banyak dengan Al Quran)
b.
Ta’abbud ( Terwujud suasana Ibadah)
c.
Taqarrub (Terbentuk kedekatan sama Allah)
12.
Dan salah satu yang diinginkan Al Quran adalah Tamkinud Diin (Penguatan Agama) di masyarakat
kita. Dan dimulai dengan dari Tamkin dalam diri dan keluarga kita.
13.
Salah satu kebesaran dan mu’jizat Al Quran adalah bisanya ayat-ayat Al Quran dengan
lidah kita.
14.
Hadits Huzaifah bin Yaman ……
15.
Inilah hakikat Tarbiyah : Bagaimana mengeluarkan
seluruh potensi yang ada, sehingga akan mencapai potensi yang diluar pikiran.
Kalau kita lihat cerita Huzaifah, maka kita lihat dimana akhirnya Huzaifah bisa
bertahan dari Tarbiyah Rasulullah (Tahajjud dengan membaca sekita 5 juz dalam
satu rakaat). Padahal Huzaifah beberapakali berharap agar Rasulullah untuk
ruku, dan inilah proses “Tasabbur” menguatkan dirinya dan menghilangkan
keengganannya.
16.
Umar bin Khattab pernah berkata : Lau Thuhuratul
Qalbu latasaba’atil Quran (Jikalau hati ini Suci maka pastilah tidak akan
keyang dengan Al Quran / Ketagihan dengan Al Quran)
17.
Keengganan kita berbuat kebaikan (Qiyamulllail,
Tilawah dll) selaras dengan keengganan hubungan dengan Al Quran. Ketika
hubungan kita renggang dengan Al Quran maka perlu cepat diiobati, dekati Al
Quran, bermujahadah dan Tasabbur.
18.
Ada sebuah Riwayat Hadits dari Hakim yang menceritakan tentang orang tua yang berada di surga,
tercengang dengan pahala yang ia terima padahal ia tidak merasa beramal
sebanyak itu. Ternyata pahala itu lahir karena adanya arahan-arahan orang tua
tersebut, sehingga anak-anaknya kuat berinteraksi dengan Al Quran.
19.
Logika mendekati Al Quran berbed dengan seperti
kita mendekati sebuah benda. Ketika kita mendekat kepada Al Quran maka diwaktu
yang sama Al Quran mendekat ke kita. Begitulah logika kita berjalan. Dan begitupula
sebaliknya ketika kita menjauh dari Al Quran.
20.
Hal-hal yang berhubungan dengan al Quran
dijanjikan dengan sesuatu yang spektakuler. Allah telah menjadikan Al Quran “Huda,
Rahmah dan Ta’abbud bitilawatih
21.
Disuatu saat menghafal (Tahfiz) Al Quran bisa
menjadi amal Tarbawi – dan begitulah sehausnya. Namun adakalanya menjadi amal
Taklifi (Pembebanan) atau juga amal Ta’limi (keilmuan dan skill). Ketika ia menjadi amal Taklifi maka akan
sangat berat rasanya, bukan hanya berat bagi yang dapat beban tapi juga berat
bagi yang membebankan.
22.
Ketika kita dekat dengan Al Quran maka dapat
dipastikan kita juga dekat dengan Allah, begitupula sebaliknya.
23.
Kerja-kerja dakwah ini menuntut banyak peranan
kekuasaan Allah, tidak akan bisa bertumpu
pada sekedar usaha manusiawi kita, dan perolongan dan kekuasaan Allah akan mudah
dating ketika kita lagi dekat dengannya dan Al Quran adalah salah satu sarana
yang tepat untuk mndekat kepada Allah
24.
Kelelahan kita lahir ketika kita memahami bahwa dakwah ini adalah “proyek’
kita semata. Namun kelelahan itu tak akan ada dan tak akan pernah terlahir
ketika kita memahami bahwa agenda dakwah ini adalah “proyek Allah” dalam
penegakkan dinul Islam.
25.
Ketika tahfiz menjadi amal tarbawi maka ia akan
menjadi doa yang selalu kit abaca setiap harinya. Otak kita akan menuntun
doa-doa dan harapan kita terhadap kebutuhan penting hidup kita seperti rezki,
jodoh, anak, surga dn terbebas dari api neraka, semua ini menjadi kebutuhan
kita . dan seperti itulah seharusnya ta’amul (interaksi) serta tahfiz menjadi
doa harian kita.
26.
Selayaknyalah sesama saudara seiman, khususnya
aktifis dakwah dan penghafal al Quran untuk saling mendoakan kepada yang lain
untuk bisa terus sepanjang hidupnya bersama Al Quran dan dimudahkan menghafal.
Saling mendoakan ini akan membuat keterlibatan malaikat dalam pengabulan doa
ini, karena ada mahabbah, ketulusan hati, kelapangan dada didalamnya.
27.
Menghafal akan terasa mudah ketika ta’amul kita
dengan Al Quran sudah kuat, tilawah harian kita lancer dan kontinyu. Ketika
kisa sudah menikmati dan meresapi interaksi hubungan kita dengan Al Quran maka
InsyaAllah menghafal akan mudah.
28.
Takizah (Pembersihan) terhadap diri kita akan
sangat membantu proses tahfiz. Inti dari
Tazkiyah ini adalah semangat permohonan ampun kepada Allah
29.
Finish Menghafal / Tujuan akhir menghafal Al
Quran adalah :
a.
Insyighal (Sibuk bersama Al Quran)
b.
Huwa Khairum mimma Yajma’un (QS. Yunus : 58)
Terbaik
c.
Rabi’ul Qulub (Al Quran menjadi ketenangan dan
kebahagian untuk Qalbu)
d.
Tasyabuh bish Shalihin (Mendekati/Mirip dengan
orang-orang Shalih)
30.
Tahfiz
akan dimulai dengan aksi/ tindakan sebagai berikut :
a.
Doa (memohon dengan rada memaksa dan benar-benar
menjadi kebutuhan)
b.
Bertawashul dengan Amal Andalan (Amal Spesialis
yang jarang orang lakukan, seperti tawashul dalam kisah “Ahlul Gharr”
c.
Waktu Wajib (Tetapkan waktu khusus dan wajib
untuk Al Quran)
d.
Kasratut Tikrar (Perbanyak mengulang-ngulang)
Dosis pengakraban tilawah sekitar 350 kali menulang-ulang. Dan melekat kuat
dalam waktu sekitar 10.000 jam dan sekitar 30.000 kali.
"Apakah dalam hidup ini kita lebih sibuk
daripada Rasulullah dan para sahabat sehingga tidak mempunyai waktu untuk
Al-Qur'an? Pertanyaan ini dikemukakan oleh Al-Ustadz Abdul Aziz Abdul Rauf
al-Hafiz Beliau menggambarkan bahwa saat ini umat
Islam sudah sangat jauh meninggalkan Al-Quran. Jangankan mentadabburi,
membacanya saja terkadang sudah tidak sempat lagi lantaran 'kesibukan'
sehari-hari. Padahal, Rasulullah dan para sahabat senantiasa berinteraksi
secara intensif dengan kitab suci ini di sepanjang kehidupan mereka. Hal ini
karena pada hakikatnya, kunci kesuksesan, kemenangan dan kebahagiaan hidup
tersimpan di dalam kitab suci tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar