Islamedia
- Tak dipungkiri bahwa cinta adalah merupakan fitrah dari setiap
manusia. Tapi kemudian tak sedikit manusia salah dalam mengekspresikan
cintanya. Menodai setiap kesucian yang telah dijaga ketika kekosongan
melanda hati dan jiwa.
Virus ini tidak
memandang siapapun dari jabatannya, keilmuannya, hartanya,
kecantikannya, ketampanannya, atau hal lainnya. Dia akan menyerang
siapapun ketika lengah, lemah dengan kondisi putus asa dan zulaikha pun
rela tersayat-sayat karena cinta.
Intensnya pertemuan
antara ikhwan dan akhwat tak dipungkiri bahwa setan semakin mudah
bermain dan menjebak mengeluarkan naluri kesyahwatan yang tidak
terkontrol ketika lengah tak waspada. Semua biss berawal dari kondisi
apapun juga, bahkan ketika jihad pun semuanya menjadi lemah tak berdaya
ketika telah jatuh pada peraduannya.
Bisa saja diawali
dengan sms agenda-agenda besar dakwah yang ada, kemudian berlagak salih
membangunkan tahajud malam atau berbagi sms ghirah penyemangat untuk
menyulut kekuatan api melemahkan jiwa ketauhidan. Yang kemudian beralih
pada rasa simpati yang tak terarah pada kekosongan jiwa dan pada
akhirnya menjadi seseorang yang tertutup pada saudari-saudari atau
saudara-saudara yang sesungguhnya yang sebenar-benar cinta.
HP ku adalah wilayah
privatku, tak ada yang boleh membukanya. Ketika ada yang tak sengaja
membuka emosi menyulut tak terhingga padahal untuk menutupi maksiat yang
tak akan bisa berlepas diri dari ke-Maha Tahuan Allah swt akan apapun
yang disembunyikan oleh hamba-hamba-Nya.
Pacaran gaya baru
yang tak harus menuntut berjalan bersama, makan berdua, bergandengan
seirama tapi hanya cukup “ukhti tahajud yuk…” lalu “akhi tetap semangat,
jangan sampai sakit yah” kemudian “ukhti jangan lupa baca quran yah”
dan “akhi kita murajaah bareng lewat HP yuk” seterusnya, naudzubillah.
Tak heran ketika
ikhwan dan akhwat menikah tapi justru tak bahagia, ketika menikah tapi
penuh cemburu buta, ketika menikah justru hilang dari dakwah. Tak lain
hanyalah karena telah kehilangan kemurnian cinta sebelum saatnya cinta
itu berlabuh pada pelabuhan yang telah dirancang ketepatan
pertemuannyanya.
Tentunya tidak ada
kata terlambat untuk merubahnya, perhatikan saudara-saudara yang berada
disekeliling kita. Merekalah cinta sesungguhnya saat ini. Tempat
berbagi, tempat saling mengingatkan, tempat murajaah paling setia,
tempat memadu hati bertemu Allah penuh semangat bersama. Allah menguji
iman tapi kemudian kunci jawabannyapun ada disekitar dan sekekliling
kita yang terkadang tak kita sadari keberadaannya.
Benarkah cinta itu
saat ini karena keshalihannya, karena semangatnya, karena keilmuannya,
karena banyaknya hapalannya? Jika benar kenapa harus engkau biarkan ia
ternoda ketika belum tiba saatnya? Ataukah karena keinginan bermaksiat
yang sebenarnya membuat semakin kuat untuk terus berupaya merusak cinta
ketika belum tiba saatnya?
Akhi dan ukhti, mari
bersama kita jaga kemurnian cinta. Percayalah bahwa maksiat yang penuh
dengan kesembunyian apalagi terang-terangan tidak akan pernah
mengembalikan kejayaan dakwah ini sesuai impian.
0 komentar:
Posting Komentar