Islamedia - Saya suka
istilah ini, “Lelaki Semesta”. Sebuah istilah yang saya ambil dari salah satu
cerpennya Mbak Helvi Tiana Rossa yang berkisah tentang kisah seorang lelaki
yang punya kharisma, menyejukkan dan amat sangat dicintai orang sekitarnya.
Ceritanya
menurut saya, terlalu general untuk menceritakan seorang lelaki baik yang
memiliki suatu kekhusyukan iman yang menawan. Maka, ijinkanlah saya mengambil
sendiri makna dari lelaki semesta ini dari apa yang saya maknai dari cerpen
tersebut.
Lelaki semesta,
bisa jadi seseorang yang biasa saja, dengan prestasi biasa saja atau mungkin ia
adalah seseorang yang luar biasa dengan segudang prestasi. Ia bisa juga
seseorang yang sering berorasi di kala aksi atau juga seseorang yang hanya ikut
kerumunan massa aksi dan tak terlalu banyak terlihat. Ia bisa adalah seseorang
yang memilki berpuluh-puluh kelompok binaan, atau bisa juga seseorang yang
hanya memilki satu kelompok binaan. Ia bisa seseorang yang hafal 30 juz lengkap
dengan tartilnya yang syahdu, atau juga seseorang yang hanya hafal juz 30
dengan tahsin yang biasa saja. Tapi, dari semua orang itu, ada satu kesamaan
mereka, mereka punya kharisma yang tak dimiliki orang lain. Bukan kharisma
keduniawian, tapi sebuah kharisma iman yang membuat di dekatnya menjadi
kesejukan tersendiri.
Entah, mungkin
masing-masing orang berbeda dalam menangkap kharisma ini dan menentukan siapa
orang yang memiliki kharisma ini serta berhak menjadi lelaki semesta bagi diri
kita. Tapi, kemungkinan besar bisa sama. Karena tak banyak yang memilki
kharisma menawan seperti ini dan diliputi oleh kekhusyuan iman.
Kharisma
pada seorang lelaki yang bahkan terkadang bertemu dengannya, hanya memandangi
wajahnya sudah mampu memberikan sejuta nasihat. Mungkin ini adalah tipe yang
disebutkan oleh Rasulullah, sebagai teman duduk terbaik, yang dengan melihatnya
maka mengingatkan kita untuk zikrullah, kata-katanya mengingatkan kita tentang
negeri akhir, dan amalnya mengingatkan kita tentang amal saleh yang harus kita
lakukan.
Lelaki
semesta yang wajahnya biasa saja, namun, senyumnya menimbulkan rasa hati yang
berbunga-bunga. Kata-kata yang meluncur darinya seperti kata-kata romantis yang
membuat pendengarnya jauh terbang dalam lingkup iman. Sosok yang kehadirannya
begitu amat sangat dinanti. Lalu, setiap kebersamaan amal yang selalu
dirindukan.
Mungkin ada
dari kita yang merasa tak pernah bertemu dengan sosok lelaki semesta tersebut.
Tapi, mungkin kita terlupa. Lupa pernah ada sosok al-akh yang begitu kita kagumi karena kekhusyuan imannya.
Seperti yang
saya katakan di awal, dia bisa saja seseorang yang biasa saja atau seseorang yang amat luar biasa dalam
kehidupan. Tapi, sekali lagi, ia punya pesona yang tak dimiliki orang lain.
Kebersamaan dakwah yang berwarna karenanya.
Jika
masing-masing dari kita telah ingat siapa saja sosok-sosok lelaki semesta dalam
hidup kita. Maka, adakah kerinduan yang besar di dalamnya? Adakah hal-hal
berubah karena bertemu dengan dirinya? Adakah cinta yang belum pernah
tersampaikan? Lalu berbagai pertanyaan adakah lainnya yang pada intinya
mempertanyakan sosok lelaki semesta yang menawan itu.
Namun,
Lelaki Semesta, pada akhirnya, tetap saja sosok menawan ini akan tetap
menimbulkan kerinduan yang amat sangat mendalam. Kekaguman yang tak mungkin
dirangkai dengan kata-kata.
Hanya saja, tidakkah
kita terhenyak, ada sosok Lelaki yang jauh lebih semesta. Lelaki ter-Semesta
yang pernah hadir ke dunia. Lelaki yang jauh melebihi sosok-sosok lelaki
semesta yang pernah kita temui.
Ya, lelaki
itu Rasulullah. Sosok yang sering digambarkan memiliki kharisma jauh lebih
menawan. Saking menawannya mampu mengguncangkan dunia. Tapi, pernahkah kita
merasakan kharisma menawan itu di hati kita? Bukan tentang jauhnya waktu yang
memisahkan kharisma itu dengan diri kita. Tapi, kelemahan hati untuk menangkap sinyal
kekhusyuan iman beliau.
Jurangmangu,
14 Februari 2012
Elam Sanurihim Ayatuna
0 komentar:
Posting Komentar