Selasa, 10 April 2012


Islamedia - Saya suka istilah ini, “Lelaki Semesta”. Sebuah istilah yang saya ambil dari salah satu cerpennya Mbak Helvi Tiana Rossa yang berkisah tentang kisah seorang lelaki yang punya kharisma, menyejukkan dan amat sangat dicintai orang sekitarnya. 
Ceritanya menurut saya, terlalu general untuk menceritakan seorang lelaki baik yang memiliki suatu kekhusyukan iman yang menawan. Maka, ijinkanlah saya mengambil sendiri makna dari lelaki semesta ini dari apa yang saya maknai dari cerpen tersebut.
Lelaki semesta, bisa jadi seseorang yang biasa saja, dengan prestasi biasa saja atau mungkin ia adalah seseorang yang luar biasa dengan segudang prestasi. Ia bisa juga seseorang yang sering berorasi di kala aksi atau juga seseorang yang hanya ikut kerumunan massa aksi dan tak terlalu banyak terlihat. Ia bisa adalah seseorang yang memilki berpuluh-puluh kelompok binaan, atau bisa juga seseorang yang hanya memilki satu kelompok binaan. Ia bisa seseorang yang hafal 30 juz lengkap dengan tartilnya yang syahdu, atau juga seseorang yang hanya hafal juz 30 dengan tahsin yang biasa saja. Tapi, dari semua orang itu, ada satu kesamaan mereka, mereka punya kharisma yang tak dimiliki orang lain. Bukan kharisma keduniawian, tapi sebuah kharisma iman yang membuat di dekatnya menjadi kesejukan tersendiri.
Entah, mungkin masing-masing orang berbeda dalam menangkap kharisma ini dan menentukan siapa orang yang memiliki kharisma ini serta berhak menjadi lelaki semesta bagi diri kita. Tapi, kemungkinan besar bisa sama. Karena tak banyak yang memilki kharisma menawan seperti ini dan diliputi oleh kekhusyuan iman.
Kharisma pada seorang lelaki yang bahkan terkadang bertemu dengannya, hanya memandangi wajahnya sudah mampu memberikan sejuta nasihat. Mungkin ini adalah tipe yang disebutkan oleh Rasulullah, sebagai teman duduk terbaik, yang dengan melihatnya maka mengingatkan kita untuk zikrullah, kata-katanya mengingatkan kita tentang negeri akhir, dan amalnya mengingatkan kita tentang amal saleh yang harus kita lakukan.
Lelaki semesta yang wajahnya biasa saja, namun, senyumnya menimbulkan rasa hati yang berbunga-bunga. Kata-kata yang meluncur darinya seperti kata-kata romantis yang membuat pendengarnya jauh terbang dalam lingkup iman. Sosok yang kehadirannya begitu amat sangat dinanti. Lalu, setiap kebersamaan amal yang selalu dirindukan.
Mungkin ada dari kita yang merasa tak pernah bertemu dengan sosok lelaki semesta tersebut. Tapi, mungkin kita terlupa. Lupa pernah ada sosok al-akh yang begitu kita kagumi karena kekhusyuan imannya. 
Seperti yang saya katakan di awal, dia bisa saja seseorang yang biasa saja  atau seseorang yang amat luar biasa dalam kehidupan. Tapi, sekali lagi, ia punya pesona yang tak dimiliki orang lain. Kebersamaan dakwah yang berwarna karenanya.
Jika masing-masing dari kita telah ingat siapa saja sosok-sosok lelaki semesta dalam hidup kita. Maka, adakah kerinduan yang besar di dalamnya? Adakah hal-hal berubah karena bertemu dengan dirinya? Adakah cinta yang belum pernah tersampaikan? Lalu berbagai pertanyaan adakah lainnya yang pada intinya mempertanyakan sosok lelaki semesta yang menawan itu.
Namun, Lelaki Semesta, pada akhirnya, tetap saja sosok menawan ini akan tetap menimbulkan kerinduan yang amat sangat mendalam. Kekaguman yang tak mungkin dirangkai dengan kata-kata.
Hanya saja, tidakkah kita terhenyak, ada sosok Lelaki yang jauh lebih semesta. Lelaki ter-Semesta yang pernah hadir ke dunia. Lelaki yang jauh melebihi sosok-sosok lelaki semesta yang pernah kita temui.
Ya, lelaki itu Rasulullah. Sosok yang sering digambarkan memiliki kharisma jauh lebih menawan. Saking menawannya mampu mengguncangkan dunia. Tapi, pernahkah kita merasakan kharisma menawan itu di hati kita? Bukan tentang jauhnya waktu yang memisahkan kharisma itu dengan diri kita. Tapi, kelemahan hati untuk menangkap sinyal kekhusyuan iman beliau.
Jurangmangu, 14 Februari 2012
Elam Sanurihim Ayatuna


0 komentar:

Posting Komentar

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!