Kalau kita lihat
rata-rata kaum wanita pada masa Rasulullah saw tidak ketinggalan memberikan
kontribusi, peran dan tanggungjawab mereka, mereka ikut berlomba meraih
kebaikan, meskipun mereka juga sibuk sebagai ibu rumah tangga. Mereka ikut
belajar dan bertanya kepada Rasulullah saw.
Wanita yang
paling setia kepada Rasulullah adalah Khadijah yang telah berkorban dengan jiwa
dan hartanya. Kemudian Aisyah, yang banyak belajar dari Rasulullah kemudian
mengajarkannya kepada kaum wanita dan pria. Bahkan, ada pendapat ulama yang
mengatakan, seandainya ilmu seluruh wanita dikumpulkan dibanding ilmu Aisyah,
maka ilmu Aisyah akan lebih banyak. Begitulah Rasulullah saw. memuji Aisyah.
Ada seorang wanita
bernama Asma binti Sakan. Dia suka hadir dalam pengajian Rasulullah saw. Pada
suatu hari dia bertanya kepada Rasulullah, "Ya Rasulullah saw., engkau
diutus Allah kepada kaum pria dan wanita, tapi mengapa banyak ajaran syariat
lebih banyak untuk kaum pria? Kami pun ingin seperti mereka. Kaum pria
diwajibkan shalat Jum'at, sedangkan kami tidak; mereka mengantar jenazah,
sementara kami tidak; mereka diwajibkan berjihad, sedangkan kami tidak. Bahkan,
kami mengurusi rumah, harta, dan anak mereka. Kami ingin seperti mereka. Maka,
Rasulullah saw. menoleh kepada sahabatnya sambil berkata, "Tidak pernah
aku mendapat pertanyaan sebaik pertanyaan wanita ini. Wahai Asma, sampaikan
kepada seluruh wanita di belakangmu, jika kalian berbakti kepada suami kalian
dan bertanggung jawab dalam keluarga kalian, maka kalian akan mendapatkan
pahala yang diperoleh kaum pria tadi." (HR Ibnu Abdil Bar).
Dalam riwayat
Imam Ahmad, Asma meriwayatkan bahwa suatu kali dia berada dekat Rasulullah saw.
Di sekitar Rasulullah berkumpullah kaum pria dan juga kaum wanita. Maka beliau
bersabda, "Bisa jadi ada orang laki-laki bertanya tentang hubungan
seseorang dengan istrinya atau seorang wanita menceritakan hubungannya dengan
sumianya." Maka tak seorang pun yang berani bicara, maka saya angkat
suara. "Benar ya Rasulullah, ada pria atau wanita yang suka menceritakan
hal pribadi itu." Rasulullah menimpali, "Jangan kalian lakukan itu,
karena itu jebakan syaitan seakan syaitan pria bertemu dengan syaitan wanita,
kemudian berselingkuh dan manusia pada melihatnya."
Ada juga wanita
yang tabah dalam kehidupan rumah tangga yang serba pas-pasan tapi tidak pernah
mengeluh seperti Asma' binti Abi Bakar dan Fatimah. Kutub Tarajim membenarkan
cerita tentang Fatimah. "Suatu saat dia tidak makan berhari-hari karena
nggak ada makanan, sehingga suaminya, Ali bin Abi Thalib, melihat mukanya pucat
dan bertanya, "Mengapa engkau ini, wahai Fatimah, kok kelihatan
pucat?"
Dia menjawab,
"Saya sudah tiga hari belum makan, karena tidak ada makanan di
rumah."
Ali menimpali,
"Mengapa engkau tidak bilang kepadaku?"
Dia menjawab,
"Ayahku, Rasulullah saw., menasehatiku di malam pengantin, jika Ali membawa
makanan, maka makanlah. Bila tidak, maka kamu jangan meminta."
Luar biasa
bukan?
Ada juga wanita
yang diuji dengan penyakit, sehingga dia datang kepada Rasulullah saw. meminta
untuk didoakan. Atha' bin Abi Rabah bercerita bahwa Ibnu Abbas r.a. berkata
kepadaku, "Maukah aku tunjukkan kepadamu wanita surga?" Aku menjawab,
"Ya."
Dia melanjutkan,
"Ini wanita hitam yang datang ke Rasulullah saw. mengadu, 'Saya terserang
epilepsi dan auratku terbuka, maka doakanlah saya.' Rasulullah saw. bersabda,
"Jika kamu sabar, itu lebih baik, kamu dapat surga. Atau, kalau kamu mau,
saya berdoa kepada Allah agar kamu sembuh."
Wanita itu
berkata, "Kalau begitu saya sabar, hanya saja auratku suka tersingkap.
Doakan supaya tidak tersingkap auratku."
Maka, Rasulullah
saw. mendoakannya.
Ada juga wanita
yang ikut berperang seperti Nasibah binti Kaab yang dikenal dengan Ummu Imarah.
Dia becerita, "Pada Perang Uhud, sambil membawa air aku keluar agak siang
dan melihat para mujahidin, sampai aku menemukan Rasulullah saw. Sementara, aku
melihat pasukan Islam kocar-kacir. Maka, aku mendekati Rasulullah sambil ikut
berperang membentengi beliau dengan pedang dan terkadang aku memanah. Aku pun
terluka, tapi manakala Rasulullah saw. terpojok dan Ibnu Qamiah ingin
membunuhnya, aku membentengi beliau bersama Mush'ab bin Umair. Aku berusaha
memukul dia dengan pedangku, tapi dia memakai pelindung besi dan dia dapat
memukul pundakku sampai terluka. Rasulullah saw. bercerita, "Setiap kali
aku melihat kanan kiriku, kudapati Ummu Imarah membentengiku pada Perang
Uhud." Begitu tangguhnya Ummu Imarah.
Ada juga Khansa
yang merelakan empat anaknya mati syahid. Ia berkata, "Alhamdulillah yang
telah menjadikan anak-anakku mati syahid."
Begitulah
peranan wanita pada masa Rasulullah saw. Mereka berpikir untuk akhiratnya,
sedang wanita sekarang yang lebih banyak memikirkan dunia, rumah tinggal,
makanan, minuman, kendaraan, dan lain-lain.
0 komentar:
Posting Komentar