Minggu, 22 Juli 2012

Berdasarkan hikmah-Nya, selain menciptakan potensi ketakwaan, Allah juga memberikan potensi kemaksiatan dalam diri manusia (QS. Asy-Syam: 8). Jadilah potensi kebaikan dan keburukan secara bersamaan dimiliki setiap manusia.

Tapi ada yang penting diketahui, Allah Ta'ala telah membekali setiap orang dengan sebuah watak dasar yang menyatu dalam dirinya, yaitu bahwa pada dasarnya, manusia menyenangi ketakwaan, keimanan dan ketaatan serta sifat-sifat baik lainnya. Sementara pada saat yang bersamaan, dirinya secara fitrah menolak sifat-sifat keburukan dalam berbagai macam bentuknya. Nah, watak dasar ini jika ditambah dengan dorongan memaksimalkan potensi ketakwaan yang Allah tambahkan, akan semakin kuat.

Inilah talenta jiwa yang sering diabaikan. Jika sekarang banyak orang yang sibuk menggali talenta apa saja untuk mencari bakat-bakat terpendam demi sebuah popularitas dan mimpi sesaat, namun talenta yang satu ini seringkali dibiarkan terbengkalai. Padahal, dia nyata-nyata ada dalam diri setiap manusia, dan menjanjikan kebahagiaan dan kesenangan hakiki.

Sebagaimana umumnya sebuah bakat, talenta jiwa ini juga membutuhkan adanya pembinaan, perawatan dan latihan terus menerus dengan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan, hingga akhirnya terbentuk sebuah pribadi yang sesuai dengan fitrah dan watak dasarnya, sebagaimana Allah Ta'ala isyaratkan tentang pribadi para shahabat, sebagai orang-orang yang 'cinta pada keimanan dan terasa indah dalam hati, serta benci dengan kekufuran, kefasikan dan kedurhakaan' (QS. Al-Hujurat: 7)

Dengan kondisi tersebut, maka seseorang telah memiliki perangkat utama untuk melakukan perbuatan baik dan menghalau perbuatan buruk. Sebab, jika dalam dirinya telah muncul rasa cinta terhadap kebaikan dan senang dengan ketaatan, tak akan banyak berarti baginya tantangan di hadapan dan beratnya cobaan. Demikian pula halnya dengan keburukan, kefasikan dan kemaksiatan. Jika dalam dirinya sudah terpatri penolakan dan kebencian, maka rayuan menghanyutkan dan iming-iming menggiurkan, tak akan menggoyahkan.

Karenanya, ketika seorang shahabat bernama Wabishah Al-Asady hendak bertanya kepada Rasulullah saw tentang al-birr (kebaikan) dan al-itsm (dosa), beliau bersabda,

يَا وَابِصَةُ ! اسْتَفْتِ قَلْبَكَ ، وَاسْتَفْتِ نَفْسَكَ (ثَلَاثَ مَرَّاتٍ) ، الْبِرُّ مَا اطْمَأَنَّتْ إِلَيْهِ النَّفْسُ ، وَالْإِثْمُ مَا حَاكَ فِي النَّفْسِ وَتَرَدَّدَ فِي الصَّدْرِ ، وَإِنْ أَفْتَاكَ النَّاسُ وَأَفْتَوْكَ (رواه أحمد)

"Wahai Wabishah, mintalah fatwa dari hatimu, mintalah fatwa dari jiwamu (beliau ucapkan sebanyak tiga kali). Kebaikan adalah sesuatu yang menjadikan jiwa dan hati tenang, sedangkan dosa adalah sesuatu yang dapat mengganggu jiwa dan menimbulkan keragu-raguan dalam hati, meskipun orang-orang memberi fatwa kepadamu lalu mereka berfatwa lagi (jangan kamu perhatikan fatwa mereka selagi hatimu tidak tenang dan mantap dengan fatwa tersebut).” (HR. Ahmad)

Para ulama umumnya mengatakan bahwa hadits ini berlaku bagi orang yang hatinya selalu 'dibersihkan' dari berbagai 'kotoran' dan 'karat', sehingga sangat sensitif dan cepat menangkap jika ada unsur yang mengotorinya.

Dapat kita katakan bahwa talenta jiwa yang terus diasah, akan dapat menjadi semacam 'starter' atau penggerak awal bagi langkah-langkah kebaikan. Selain itu, kondisi jiwa yang demikian juga dapat berfungsi sebagai 'alarm dini' bagi setiap keburukan yang datang menghampiri. Situasi seperti ini jelas sangat kondusif bagi sebuah proses dan jalan menuju takwa. Sebaliknya, jika talenta jiwa tidak terasah dan tergali, diri seseorang akan bagaikan keranjang sampah yang tidak lagi peduli, apa yang masuk ke dalamnya. Karenanya, 'kotoran-kotoran' tersebut akan sangat mudah menimbun keinginan baik atau dorongan kebaikan yang kadang terlintas ada pada dirinya.

Musuh terbesar bagi upaya menggali talenta jiwa adalah terjerumus dan hanyut dalam godaan kesenangan nafsu duniawi yang tidak terkendali. Sering atas nama kesenangan dunia, setitik demi setitik noda hitam kemaksiatan dia tanamkan dalam hatinya, begitu seterusnya hingga akhirnya terbentuklah apa yang Allah katakan sebagai 'Raan' yang menutupi hati (QS. Al-Muthaffifin: 14).

Akibatnya, dirinya tak berdaya untuk mengenali kebaikan dan keburukan dalam kehidupannya, karena talentanya sudah tertutup oleh kusamnya dosa dan gelapnya maksiat.
Kalau sudah begini, jangankan kebaikan level tertinggi, level terendah pun, teramat berat dia laksanakan. Sebaliknya, dia tidak merasa terpuaskan dengan kemaksiatan-kemaksiatan 'sepele' yang sudah akrab dilakukan tanpa beban dalam jiwanya, untuk akhirnya merambah kepada maksiat 'stadium lanjut'.

Mengendalikan diri agar tidak mudah tenggelam dalam kesenangan duniawi inilah yang menjadi salah satu nilai besar dalam ibadah puasa yang diwajibkan di bulan Ramadan. Karenanya, puasa memang memiliki kaitan yang sangat erat dengan takwa. Seberapa besar peluang ketakwaan yang Allah jadikan sebagai tujuan puasa dapat kita raih, sangat erat kaitannya dengan sejauh mana hakekat puasa itu dapat kita serap dan kita maksimalkan.

Ramadan sudah di depan mata. Saatnya kita mempersiapkan diri untuk kembali membersihkan karat dan kotoran dalam jiwa. Karena di bulan ini Allah Ta'ala sediakan perangkat yang lengkap untuk keperluan tersebut.

Mengharapkan kedatangan Ramadan dengan motivasi seperti ini, semestinya akan memberikan nilai lebih bermakna dan semangat yang berbeda. Insya Allah.

اللَّهُمَّ بَلِّغْنَا رَمَضَان وَوَفِّقْنَا فِيهِ، وَحَبِّبْ إِلَيْنَا اْلإِيْمَانَ ، وَزَيِّنْهُ فِي قُلُوبِنَا ،
وَكَرِّهْ إِلَيْنَا الْكُفْرَ وَاْلفُسُوقَ وَالْعِصْيَانِ

Ya Allah, pertemukan kami dengan bulan Ramadan dan berilah kami taufiq di dalamnya. Berikan kami hati yang cinta pada keimanan dan terhias olehnya, dan berikan pada hati kami kebencian terhadap kukufuran, kefasikan dan kemaksiatan. Aamiin..

Abdullah Haidir, Lc
Riyadh

Senin, 16 Juli 2012

 
Di negeri ini, masa depan PKS terbilang cerah karena mereka memiliki modal memadai untuk menjadi partai masa depan. Apa saja?

1. Ideologis yang Jelas dan Kokoh.  

Mengapa PDI-P mampu bertahan hingga hari ini? Selain faktor keturunan trah Soekarno, karena partai ini mempunyai ideologi yang jelas dan kokoh yakni nasionalisme sekuler. PKS sesungguhnya mempunya modal yang jauh melebihi PDI-P, karena ideologinya bersumber dari Islam, yang nilai-nilainya tak akan lekang dimakan zaman.

2. Program Kaderisasi dan  Kader yang Militan. 

Sudah teramat banyak kisah dan kesaksian betapa militansinya kader-kader PKS. Bahkan, ini diakui oleh pengamat politik CSIS, J. Kristiadi.  

Saya belum pernah menyaksikan pengaderan partai yang memuaskan, kecuali di Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Itu mungkin subyektif, tetapi memang seperti itu. Partai-partai saat ini tak begitu serius merekrut dan menyeleksi anak muda yang berminat berpolitik. Akibatnya, saat hendak pemilu mau mencalonbkan siapa masih bingung. Akhirnya merekrut tokoh dari luar yang punya karisma, daya jual tinggi, punya dana, demi mendapat suara. Saya melihat PKS merekrut orang muda dan mengader dengan baik sehingga punya value, mendalami betul ideologi dan cita-cita partai dan siap memperjuangkan cita-cita itu karena begitu yakin.”

3. Tak Tergantung Figur. 

Sejauh ini, satu-satunya partai di Tanah Air yang sangat tidak tergantung pada figure atau ketokohan seseorang adalah PKS. Sebaliknya, justru sistem di PKS berhasil memproduksi calon-calon pemimpin yang selama ini tak dikenal publik. Siapa yang dulu mengenal Anis  Matta, Nurmahmudi Ismail, HNW hingga Tifatul Sembiring? Potret ketidaktergantungan pada satu tokoh ini secara mudah bisa terekam dalam spanduk-spanduk yang bertebaran jelang pilkada. Kader partai lain, misal PDI-P, Demokrat, Gerindra selalu memasang spanduk mencari dukungan dengan menampilkan wajah SBY, Megawati, Prabowo di spanduk tersebut. Sangat figuritas dan terkesan tidak percaya diri.

4. Partai Bersih dari Korupsi. 

Sejauh ini, PKS adalah partai yang relatif bersih dari praktek korupsi. Dan saya yakin, dengan melihat visi-misi, serta bagaimana nilai-nilai ideologis parta diinternalisasikan ke dalam jiwa kader, praktek korupsi insya Allah sulit terjadi di tubuh PKS.   

Keempat modal diatas menjadi bekal sangat penting bagi sebuah partai agar tetap bertahan lama. Dan PKS memiliki itu. Ke depan, modal ini harus dikelola dengan baik terutama dengan terus mendorong kader di akar rumput agar peduli dengan masyarakat sekitarnya, seperti yang selama ini telah dilakukan. Selain itu, kapasitas dan kompetensi kader juga penting untuk ditingkatkan. Hasil pilgub DKI Jakarta membuktikan itu bahwa integritas (tidak korupsi/jujur) ternyata tak cukup untuk meyakinkan masyarakat karena harus diikuti oleh kapasitas dan kompetensi. Singkatnya: bersih saja tak cukup, tapi juga harus profesional, seperti tagline PKS selama ini.


Rabu, 11 Juli 2012



Pagi ini, Kamis (12/7/12), sehari setelah berlangsungnya Pilkada DKI Jakarta Cagub Hidayat Nur Wahid yang berdasar quick count menempati urutan ketiga menyampaikan penghargaan dan ungkapan terima kasih kepada seluruh pendukungnya yang telah bekerja totalitas selama pilgub berlangsung.


Berikut penuturan lengkap Hidayat Nur Wahid yang beliau publikasikan via akun twitter @hnurwahid :


Assalamu'alaikum. Selamat pagi warga tercinta. Menghaturkan terima kasih atas kebersamaan & dukungannya. Mari terus optimis menatap hari.
  1. Ada saat suatu titik yang mempertemukan kita dalam sebuah jalan perjuangan dan mengisi catatan kehidupan dalam ranah idealisme. ‪#Jakarta

  2. Titik pertemuan perjuangan yang mengingatkan kita akan visi perubahan untuk Jakarta yg kita Cintai. ‪#Jakarta

  3. Padatnya aktivitas perjuangan ini mungkin lebihi jadwal saat bercengkrama dg keluarga & itu tak jadi halangan tuk trs melangkah. ‪#Jakarta

  4. Mempertahankan cahaya nurani agar diri mampu menapak akhir yg baik. Berusaha agar tetap jadi bintang yang menerangi kegelapan. ‪#Jakarta

  5. Perjalanan ini semoga jadi saksi kehidupan untuk merajut mimpi untuk sebuah perubahan. Mimpi menjadi pembangun utk perbaikan. ‪#Jakarta

  6. Yakinlah Batik Beresin Jakarta akan selalu memeriahkan aktivitas kita sampai kapanpun. ‪#Jakarta

  7. Saudaraku adalah sebuah kehormatan dapat mengenal dan berjuang bersama kalian yang dalam lelahnya masih dapat tetap berupaya. ‪#Jakarta

  8. Tak hanya bicara tapi jg bekerja, mengkritisi tapi jg beri solusi, tak rendah ketika dihina & tak merasa tinggi bila dipuji. ‪#Jakarta

  9. Yang telah menjadikan perjuangan membangun ‪#Jakarta & Indonesia sebagai urusan keluarganya dan tak meninggalkanya di sudut hatinya.

  10. Tetaplah berdiri tegak karena kalian petarung. Teruslah bergerak karena kalian pejuang, masih banyak tugas lain menanti utk ‪#Jakarta.



"Sungguh telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang penuh
keberkatan. Allah telah mewajibkan kepadamu puasa-Nya. Didalam bulan
Ramadhan dibuka segala pintu syurga dan dikunci segala pintu neraka dan
dibelenggu seluruh syaithan. Padanya ada suatu malam yang terlebih baik
dari seribu bulan. Barangsiapa tidak diberikan kepadanya kebaikan malam
itu, maka sesungguhnya dia telah dijauhkan dari kebajikan."
 
"Telah datang kepadamu bulan Ramadhan penghulu segala bulan, maka "Selamat datanglah" kepadanya."
 
Wahai manusia, sesungguhnya kamu akan dinaungi oleh bulan yang senantiasa besar lagi penuh keberkatan, bulan yang Allah telah menjadikan puasanya suatu kewajiban, dan qiam dimalam harinya suatu tatawwu'.
Barangsiapa mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu pekerjaan kebajikan didalamnya samalah dia dengan orang yang menunaikan sesuatu fardhu didalam bulan yang lainnya. Barangsiapa menunaikan sesuatu fardhu dalam bulan Ramadhan samalah dia dengan orang yang mengerjakan tujuh puluh fardhu dibulan lainnya. Ramadhan itu adalah bulan sabar, sedangkan sabar itu pahalanya adalah surga. Ramadhan itu adalah bulan memberikan pertulungan dan bulan Allah memberikan rezeki kepada mukmin didalamnya.
Barangsiapa memberikan makanan berbuka kepada orang yang berpuasa, yang demikian itu adalah pengampunan bagi dosanya dan kemerdekaan dirinya dari neraka. Orang yang memberikan makanan itu memperoleh pahala seperti yang diperoleh orang yang berpuasa. Allah memberikan pahala itu kepada orang yang memberikan walaupun sebutir korma, atau seteguk air, atau sehirup susu. Dialah bulan yang permulaannya Rahmah, pertengahannya ampunan, dan akhirnya kemerdekaan dari neraka. Barangsiapa yang meringankan beban seseorang (yang membantunya) niscaya Allah mengampuni dosanya. Oleh itu banyakkanlah yang empat perkara dibulan Ramadhan.
Dua perkara untuk mendatangkan keredhaan Tuhanmu dan dua perkara lagi kamu sangat menghajatinya. Dua perkara yang pertama ialah mengakui dengan sesungguhnya tiada tuhan melainkan Allah dan mohon ampun kepada-Nya.
Dua perkara yang kamu sangat memerlukannya ialah mohon surga dan
perlindungan dari neraka. Barangsiapa memberi minum orang yang
berpuasa, niscaya Allah memberi minum kepadanya dari air kolamku dengan suatu minuman yang dia tidak merasakan haus lagi sesudahnya, sehingga dia masuk kedalam surga."
(H.R.Ibnu Khuzaimah)
Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!