Selasa, 05 Februari 2013


Nabi Muhammad SAW adalah manusia yang bukan seperti manusia biasa, Beliau tauladan untuk seluruh ummat manusia.
Al Buthi dalam Sirah Nabawiyyahnya mengatakan bahwa Rasul ditinggal Ayah beliau ketika beliau masih dalam kandungan ibunya, ketika berumur 4 tahun beliau ditinggal ibu beliau, dan ketika berumur 8 tahun beliau di tinggal kakek beliau. Semuanya menurut Al Buthi mempunyai hikmah besar, salah satunya adalah agar tidak ada manusia yang mewarnai kehidupan Rasul, dan ini selaras dengan Hadits Nabi, “Addabani Rabbi, Fa Ahsana Ta’dibi”

Kisah Rasul yang mengikat perut beliau dengan batu, untuk menahan lapar, dan para sahabat mendengar gesekan batu ini ketika beliau bergerak dalam Shalat … dan Akhirnya beliau berdoa : semoga laparku ini hanya untuk ku, dan semoga tidak ada kelaparan untuk ummatku. Inilah gambaran bagaimana mulianya akhlak Rasulullah SAW.

Perinagatan Maulid tidak pernah dilakukan dalam zaman Rasul SAW. Hal ini dimulai pada zaman Raja Raja Zaffar, dan ini disebutkan dalam Buku Bidayah wan Nihayah.
Nabi SAW puasa setiap hari senin, dimana itu sebenarnya hari kelahirannya. Peringatan Maulid menjadi sarana untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap Rasul SAW. Cinta yang seharusnya melebihi cinta kita terhadap anak, istri, ayah, ibu dan bahkan terhadap diri kita sendiri.
Allah SWT memuji kepribadian Rasulullah SAW : “Wa Innaka La’ala Khuluqin Adzhim” QS. Al Qalam.

Sejarah Rasulullah (Sirah) bukan hanya sekedar kisah tentang kemenangan, gemerlap kehidupan, dan kenikmatan hidup. Namun sirah bahkan dimulai dengan kisah betapa kuatnya seorang anak yatim piatu menghadapi kehidupannya. Dan semua juga dilanjutkan dengan cerita tentang air mata, darah, pembaikotan (3 Tahun)

Ibnu Saad dalam kitab Tabaqat : kekayaan Khadijah Kubra ketika ditanding dengan harta raja2 arab dan saudagar arab maka masih banyak harta nya Khadijah, dan semua harta itu habis untuk dakwah ini. Dan ketika Rasul SAW meninggal dunia, aisyah berkata bahwa minyak untuk penerangan rumah beliau hanya cukup untuk setengah malam saja. Dan bahkan baju perang Nabi masih tergadai dengan orang Yahudi. Tidak ada kekayaan yang tersisa untuk pewarus Nabi, Nabi menggunakan semuanya untuk dakwah dan ummat 

Allah SWT selalu menguji sesuai dengan kemampuan manusia, karena sungguh Allah  SWT  maha mengetahui segala sesuatu, dan tentu Allah SWT mengetahui batas kemampuan seorang hamba. Semuanya tergantung kesabaran yang kita punyai.

Para sahabat ketika hendak perang Uhud   . . . . Saad bin Abi Waqas dan Abdullah bi Jahsy, dalam kegelapan malam  ketika peperangan besok hari, mereka bersepakat untuk berdoa. Dimulai dengan Saad bin Waqas dan berdoa dengan meminta untuk bertemu dengan musuh yang kuat dan tangguh dan meminta untuk kuat dan bisa mengalahkannya, lalu diaminkan Abdullah bin Jahsy, lalu selanjutnya giliran untuk Abdullah bin Jahsy : (doanya hamper sama) namun beliau juga meminta agar musuhnya diberi kesempatan untuk memotong Hidung dan Telinganya.  Agar ketika berhadapan Allah SWT beliau bisa menjawab bahwa hidung dan telinga terpotong di Jalan Allah SWT . Dan akhirnya beliau mendapatkan doanya dan syahid di jalan Nya.

Mari kita teladani Rasulullah SAW.
Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!