Rabu, 29 Februari 2012


PKS ingin memberikan gambaran masa depan yang jelas, visi yang kokoh, dan platform yang terarah. Tanpa visi, masyarakat bisa confuse, bingung dan bertanya-tanya “kita hendak kemana?” Jadi, dengan menetapkan visi yang memiliki arah yang jelas maka direction terhadap sasaran yang hendak diraih juga mudah dibayangkan.
 Sebuah perubahan yang diusung ke arah yang lebih baik dari masa sebelumnya inilah yang ingin dicapai PKS. PKS tidak mengharuskan bahwa perubahan itu harus terjadi seketika, mesti berubah seiring dengan bergantinya pemerintahan ini.
PKS ingin perubahan itu terjadi secara gradual, secara bertahap, namun harus tertangkap adanya will, suatu keinginan dan tekad yang kuat untuk berubah. Kita harus bangkitkan kembali optimisme masyarakat untuk menyongsong masa depan yang lebih cerah. Sehingga rakyat punya harapan, punya hope, yang kemudian mampu memberikan motivasi tinggi bagi mereka.
Haruslah disadari oleh seluruh jajaran pengurus dan kader-kader PKS, bahwa bagi PKS berpolitik ini adalah dalam rangka ibadah, dan bahwa dalam ibadah yang paling penting bukanlah hasil yang didapatkan, melainkan adalah proses yang dijalani apakah sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya.
Konteks PKS Hulu Sungai Tengah maka perubahan menuju arah yang lebih baik ini akan terus diperjuangkan. Dengan prestasi Pemilu 1999 menempatkan 1 orang kader sebagai anggota DPRD, dan Pemilu 2004 menempatkan PKS sebagai Pemenang Pemilu dengan 6 orang kader sebagai Anggota DPRD dan salah satunya menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD, dan  pada Pemilu 2009 PKS HST juga menjadi pemenang Pemilu dengan 5 Kursi dan salah satunya menjadi Ketua DPRD, serta pada Pilkada 2010 telah menempatkan kadernya sebagai Wakil Bupati.
Maka  dalam meraih perubahan yang lebih optimal di bumi Murakata, Hulu Sungai Tengah, terjemahan paling mudah dalam konteks Legislatif adalah bahwa pada tahun 2014 nanti, insya Allah PKS akan berupaya meraih  10 kursi di DPRD, hal ini kurang lebih dua kali lipat dari suara yang diperoleh pada saat pemilu legislatif tahun 2009 yang lalu.
Target 10 kursi ini dicanangkan dengan harapan perubahan di masyarakat akan lebih optimal menuju masyarakat yang adil dan sejahtera. Dengan 10 kursi maka kekuatan PKS di Legislatif akan lebih kuat dan punya bargaining position sehingga akan dapat menunjang program-program eksekutif yang pro rakyat, dan akan lebih optimal melakukan control terhadap eksekutif.



  Ketika terjadi Perang Yanmurk Pasukan Muslim  hanya berjumlah  240 ribu, dan sedangkan   Pasukan Romawi berjumlah 1 juta 25 ribu dan tentunya ini merupakan peperangan paling besar perbedaan jumlah pasukan yang ada. Berbulan-bulan pasukan sudah berhadapan namun tidak juga terjadi peperangan, karena ada keragu-raguan diantara kedua pasukan. Akhirnya  Panglima awal Ubaidillah lalu diganti dengan Khalid bin Walid.
  Khalid bin Walid melakukan langkah awal yaitu Analisa Masalah. Ternyata Masalah terbesar menurut beliau adalah adanya keragu raguan dalam diri kaum muslimin. Dan ternyata bukan hanya pada kaum muslimin, tapi juga ada pada diri pasukan romawi. Pasukan muslimin ragu melakukan penyerangan karena mereka akan berhadapan dengan jumlah pasukan yang sangat besar dan tentunya dengan peralatan dan perlengkapan yang lebih siap. Sedangkan pasukan romawi juga ragu, karena mereka berhadapan dengan sebuah pasukan hebat yang memiliki reputasi yang tak pernah kalah.
  Akhirnya keragu-raguan inilah yang harus dihilangkan dan ditanamkan sebuah keyakinan. Keyakinan yang lahir dari sebuah kemantapan dan ketenangan hati (sakinatul qalbiyyah). Atas dasar inilah selanjutnya Khalid bin Walid melakukan orasi yang terkenal “Jangan sibuk menghitung jumlah musuh, sibuklah memenggal kepala mereka” 
  Faidza Azzamta Fa Tawakkal ‘alallah …. (Tafsir At Tabari : Azzam adalah kemantapan hati hasil syura kolektif, sehingga azzam adalah semangat kemantapan dan ketenangan (sakinah) kolektif.  Perasaan inilah yang lahir lebih dulu sebelum datangnya kemenangan. Seperti dikutip dalam Al Qur’an At Taubah, 26.
  Ibnu Taymiyyah (Syaikhul Islam) pernah mengatakan :  Afdhalul A’mal akhzul Wilayah . . . Sebaik-baiknya amal adalah merebut kekuasaan. 

Selasa, 28 Februari 2012


 Ketika Utsman bin Affan mengerahkan pasukan melawan manuver-manuver Romawi, komandan diserahkan kepada Hubaib bin Maslamah al-Fikir. Istri Hubaib termasuk pasukan yang akan berangkat perang. Sebelum perang dimulai, Hubaib memeriksa kesiapan pasukan. Tiba-tiba istrinya bertanya, "Di mana saya menjumpai Anda ketika perang sedang berkecamuk?"
Dia menjawab, "Di kemah komandan Romawi atau di surga."
Ketika perang sedang berkecamuk, Hubaib berperang dengan penuh keberanian sampai mendapatkan kemenangan. Segera dia menuju ke kemah komandan Romawi menunggui istrinya. Yang menakjubkan, saat Hubaib sampai ke tenda itu, dia mendapatkan istrinya sudah mendahuluinya. Allahu Akbar.
Pada masa Dinasti Abbasiyah yang dipimipin oleh Harun al-Rasyid, ada seorang Muslimah disandera oleh tentara Romawi. Maka, seorang ulama bernama Al-Manshur bin Ammar mendorong umat Islam untuk berjihad di dekat istana Harun al-Rasyid dan dia pun menyaksikan ceramahnya. Tiba–tiba ada kiriman bungkusan disertai dengan surat. Surat itu lalu dibuka dan dibaca oleh ulama tadi dan ternyata berasal dari seorang perempuan dan berbunyi, "Aku mendengar tentara Romawi melecehkan wanita Muslimah dan engkau mendorong umat Islam untuk berjihad, maka aku persembahkan yang paling berharga dalam diriku. Yaitu, seuntai rambutku yang aku kirimkan dalam bungkusan itu. Dan, aku memohon agar rambut itu dijadikan tali penarik kuda di jalan Allah agar aku dapat nantinya dilihat Allah dan mendapatkan rahmatnya." Maka, ulama itu menangis dan seluruh hadirin ikut menangis. Harun al-Rasyid kemudian memutuskan mengirim pasukan untuk membebaskan wanita Muslimah yang disandera itu. 


Seorang istri Shaleh bin Yahya ditinggal suaminya dan hidup bersama dua anaknya. Ia mendidik anak-anaknya dengan ibadah dan qiyamul lail (shalat malam). Ketika anak-anaknya semakin besar, dia berkata, "Anak-anakku, mulai malam ini tidak boleh satu malam pun yang terlewat di rumah ini tanpa ada yang shalat qiyamullail."
"Apa maksud ibu?" tanya mereka.
Ibu menjawab, "Begini, kita bagi malam menjadi tiga dan kita masing-masing mendapat bagian sepertiga. Kalian berdua, dua pertiga, dan saya sepertiga yang terakhir. Ketika waktu sudah mendekati subuh, saya akan bangunkan kalian."
Ternyata kebiasan ini berlanjut sampai ibu mereka meninggal. Dan amalan itu tetap dilanjutkan oleh dua anak itu karena mereka sudah merasakan nikmatnya qiyamullalil.
Dari kisah diatas dapat kita fahami bahwa begitu besarnya peran dan tanggungjawab wanita pada masa salafussalih, mereka tidak pernah berhenti memberikan kontribusi dari apa yang mereka memiliki.
Secara umum wanita memiliki peran dan tanggung jawab amat besar dan penting dalam berbagai aspek kehidupannya; baik dalam kehidupan individu, keluarga (suami dan anak), masyarakat sosial sebagai warga ditempat dirinya tinggal dan berdiam bersama diri keluarganya, dan negara sebagai bagian dari anak bangsa, dan tempat dirinya dan keluarganya bernaung.
Sebagaimana pula wanita memiliki peran tanggung jawab khusus, yaitu sebagai pendidik dan pemberi kontribusi kebaikan sosial, yang tanpanya, kehidupan tidak akan berjalan semestinya. Sebab ia adalah pencetak generasi baru. Sekiranya di muka bumi ini hanya dihuni oleh laki-laki, kehidupan mungkin sudah terhenti beribu-ribu abad yang lalu. Oleh sebab itu, wanita tidak bisa diremehkan dan diabaikan, karena dibalik semua keberhasilan dan kontinuitas kehidupan, di situ ada wanita.


Kalau kita lihat rata-rata kaum wanita pada masa Rasulullah saw tidak ketinggalan memberikan kontribusi, peran dan tanggungjawab mereka, mereka ikut berlomba meraih kebaikan, meskipun mereka juga sibuk sebagai ibu rumah tangga. Mereka ikut belajar dan bertanya kepada Rasulullah saw.
Wanita yang paling setia kepada Rasulullah adalah Khadijah yang telah berkorban dengan jiwa dan hartanya. Kemudian Aisyah, yang banyak belajar dari Rasulullah kemudian mengajarkannya kepada kaum wanita dan pria. Bahkan, ada pendapat ulama yang mengatakan, seandainya ilmu seluruh wanita dikumpulkan dibanding ilmu Aisyah, maka ilmu Aisyah akan lebih banyak. Begitulah Rasulullah saw. memuji Aisyah.
Ada seorang wanita bernama Asma binti Sakan. Dia suka hadir dalam pengajian Rasulullah saw. Pada suatu hari dia bertanya kepada Rasulullah, "Ya Rasulullah saw., engkau diutus Allah kepada kaum pria dan wanita, tapi mengapa banyak ajaran syariat lebih banyak untuk kaum pria? Kami pun ingin seperti mereka. Kaum pria diwajibkan shalat Jum'at, sedangkan kami tidak; mereka mengantar jenazah, sementara kami tidak; mereka diwajibkan berjihad, sedangkan kami tidak. Bahkan, kami mengurusi rumah, harta, dan anak mereka. Kami ingin seperti mereka. Maka, Rasulullah saw. menoleh kepada sahabatnya sambil berkata, "Tidak pernah aku mendapat pertanyaan sebaik pertanyaan wanita ini. Wahai Asma, sampaikan kepada seluruh wanita di belakangmu, jika kalian berbakti kepada suami kalian dan bertanggung jawab dalam keluarga kalian, maka kalian akan mendapatkan pahala yang diperoleh kaum pria tadi." (HR Ibnu Abdil Bar).
Dalam riwayat Imam Ahmad, Asma meriwayatkan bahwa suatu kali dia berada dekat Rasulullah saw. Di sekitar Rasulullah berkumpullah kaum pria dan juga kaum wanita. Maka beliau bersabda, "Bisa jadi ada orang laki-laki bertanya tentang hubungan seseorang dengan istrinya atau seorang wanita menceritakan hubungannya dengan sumianya." Maka tak seorang pun yang berani bicara, maka saya angkat suara. "Benar ya Rasulullah, ada pria atau wanita yang suka menceritakan hal pribadi itu." Rasulullah menimpali, "Jangan kalian lakukan itu, karena itu jebakan syaitan seakan syaitan pria bertemu dengan syaitan wanita, kemudian berselingkuh dan manusia pada melihatnya."
Ada juga wanita yang tabah dalam kehidupan rumah tangga yang serba pas-pasan tapi tidak pernah mengeluh seperti Asma' binti Abi Bakar dan Fatimah. Kutub Tarajim membenarkan cerita tentang Fatimah. "Suatu saat dia tidak makan berhari-hari karena nggak ada makanan, sehingga suaminya, Ali bin Abi Thalib, melihat mukanya pucat dan bertanya, "Mengapa engkau ini, wahai Fatimah, kok kelihatan pucat?"
Dia menjawab, "Saya sudah tiga hari belum makan, karena tidak ada makanan di rumah."
Ali menimpali, "Mengapa engkau tidak bilang kepadaku?"
Dia menjawab, "Ayahku, Rasulullah saw., menasehatiku di malam pengantin, jika Ali membawa makanan, maka makanlah. Bila tidak, maka kamu jangan meminta."
Luar biasa bukan? 


Ada juga wanita yang diuji dengan penyakit, sehingga dia datang kepada Rasulullah saw. meminta untuk didoakan. Atha' bin Abi Rabah bercerita bahwa Ibnu Abbas r.a. berkata kepadaku, "Maukah aku tunjukkan kepadamu wanita surga?" Aku menjawab, "Ya."
Dia melanjutkan, "Ini wanita hitam yang datang ke Rasulullah saw. mengadu, 'Saya terserang epilepsi dan auratku terbuka, maka doakanlah saya.' Rasulullah saw. bersabda, "Jika kamu sabar, itu lebih baik, kamu dapat surga. Atau, kalau kamu mau, saya berdoa kepada Allah agar kamu sembuh."
Wanita itu berkata, "Kalau begitu saya sabar, hanya saja auratku suka tersingkap. Doakan supaya tidak tersingkap auratku."
Maka, Rasulullah saw. mendoakannya.
Ada juga wanita yang ikut berperang seperti Nasibah binti Kaab yang dikenal dengan Ummu Imarah. Dia becerita, "Pada Perang Uhud, sambil membawa air aku keluar agak siang dan melihat para mujahidin, sampai aku menemukan Rasulullah saw. Sementara, aku melihat pasukan Islam kocar-kacir. Maka, aku mendekati Rasulullah sambil ikut berperang membentengi beliau dengan pedang dan terkadang aku memanah. Aku pun terluka, tapi manakala Rasulullah saw. terpojok dan Ibnu Qamiah ingin membunuhnya, aku membentengi beliau bersama Mush'ab bin Umair. Aku berusaha memukul dia dengan pedangku, tapi dia memakai pelindung besi dan dia dapat memukul pundakku sampai terluka. Rasulullah saw. bercerita, "Setiap kali aku melihat kanan kiriku, kudapati Ummu Imarah membentengiku pada Perang Uhud." Begitu tangguhnya Ummu Imarah.
Ada juga Khansa yang merelakan empat anaknya mati syahid. Ia berkata, "Alhamdulillah yang telah menjadikan anak-anakku mati syahid."
Begitulah peranan wanita pada masa Rasulullah saw. Mereka berpikir untuk akhiratnya, sedang wanita sekarang yang lebih banyak memikirkan dunia, rumah tinggal, makanan, minuman, kendaraan, dan lain-lain.

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!